Humaniora

Harry Tanugraha, Bersyukur Setelah Tuntas Divaksin Covid-19



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Setelah puncak pandemi COVID-19 mereda pada awal 2021, masa suntik vaksin COVID-19 dimulai. Banyak yang meragukan fungsi dan makna vaksinasi ini. Ada juga yang mencampuradukkan maknanya dengan imunisasi.

Mereka sering menganggap keduanya sebagai hal yang sama, padahal berbeda. Keduanya memang memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit tertentu. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin melalui suntik atau diteteskan ke mulut untuk meningkatkan produksi antibodi, sedangkan imunisasi merupakan proses dalam tubuh agar seseorang memiliki kekebalan tubuh. Imunisasi terbagi atas imunisasi aktif dan pasif.

Vaksinasi termasuk imunisasi aktif untuk memicu tubuh mengeluarkan antibodi terhadap penyakit tertentu. Hal ini berbeda dengan imunisasi pasif, di mana tubuh diberi antibodi (misalnya: imunoglobulin) dan bukan dirangsang untuk menghasilkan ketahanan tubuh. Imunisasi aktif dapat bertahan lebih lama dibandingkan imunisasi pasif. Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui vaksinasi yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dilemahkan dan protein yang diperoleh dari pengembangan di laboratorium.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no.HK.01.07/Menkes/12758/2020, vaksin COVID-19 di Indonesia telah ditentukan sbb.: Vaksin harus diproduksi PT Bio Farma dan terdiri atas Sinovac, Sinopharm, Astra Zeneca, Moderna, Novavax, Pfizer dan BioNTech. Vaksin harus memiliki Izin Edar Persetujuan Penggunaan Masa Darurat dari BPOM dan sertifikat Halal dari MUI. Penyuntikan dilakukan dua kali dengan vaksin yang sama. Jumlah yang akan disuntik agar memenuhi syarat mendapatkan kondisi “herd community” adalah 70% dari total penduduk Indonesia (181,5 juta). Pelaksanaannya terdiri atas empat tahapan:

Tahap 1 (Jan.-Apr.2021): Tenaga kesehatan/paramedis lainnya yang bekerja/sekolah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Tahap 2 (Jan.-Apr. 2021): Petugas Pelayanan Publik/TNI/Polri/Aparat Hukum dan petugas pelayanan publik lainnya serta warga usia lanjut (> 60 tahun).

Tahap 3 (Apr. 21-Mar. 2022) : Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial dan ekonomi.

Tahap 4 (Apr. 2021-Mar. 2022): Masyarakat dan pelaku ekonomi dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin.

PENGALAMAN HARRY TANUGRAHA

Pengalaman Harry Tanugraha bersama Lisa, sang istri, menarik untuk disimak. Untuk pendaftaran dapat dilakukan melalui online situs Depkes, Diskes, Kominfo, tapi pada pelaksanaannya hal ini sedikit rumit karena masyarakat harus berusaha mencari ‘celah-celah’ yang dapat segera meyakinkan mereka tentang kepastian tanggal dan tempat vaksinasi. Ada teman tenaga medis yang telah mendaftar, tetapi tidak mendapat kepastian.

Ia juga sudah mendaftarkan diri untuk divaksin di rumah sakit swasta yang terdaftar. Namun beberapa petugas rumah sakit swasta dengan nada pesimis mengatakan bahwa ia tidak akan diikutsertakan dan akhirnya hopeless. Kami sendiri telah mengikuti arahan tersebut, tapi nyatanya tidak ada jawaban bahwa pendaftaran kami diterima atau kepastian untuk divaksin. Akhirnya kami memutuskan bahwa informasi yang menyatakan bahwa pendaftaran harus melalui Puskesmas atau RSUD-lah yang benar.

“Kami lalu mendapat berbagai informasi tentang RSUD wilayah tertentu yang agak sepi, jika go show siang hari. Kami mencoba dua kali ke Puskesmas di wilayah rumah. Yang pertama menjawab bahwa mereka belum bisa melayani lansia, karena masih memprioritaskan tenaga kesehatan. Seminggu kemudian kami datangi lagi Puskesmas tersebut, dan dengan baik hati petugas pendaftaran membantu mendaftarkan kami [suami/istri] dengan ponselnya ke Diskes DKI.”

Sepekan kemudian, melalui SMS, Harry dan istri dijadwalkan pada 26 Februari 2021 untuk mendapat vaksin ke-1 di SDN 04 Cilandak. Saat hari vaksinasi, ia datang pk. 8.30 pagi. Ternyata jalanan sekitar SDN 04 telah dipenuhi kendaraan sehingga ia mengalami kesukaran mencari tempat parkir.

Ia mendapatkan no.53 dan 54 dan menunggu untuk registrasi, yang intinya menverifikasi data, termasuk pendaftaran satu no. ponsel untuk dua orang. Proses selanjutnya, pemeriksaan tensi, gula darah dan kolesterol. Hampir semua lansia yang divaksin mengalami indikasi mendekati batas atas. Apakah ini karena stres atau karena alat yang digunakan untuk memeriksa kurang baik (misalnya: sebelum mengukur tensi, membran stetoskop perlu diketuk-ketuk dengan jari berulang kali) atau alat tersebut belum dikalibrasi.

Hasil pengukuran dibawa ke deretan dokter-dokter yang melakukan wawancara, dan baru setelah itu kami antre untuk masuk ke ruang vaksinasi. Proses terakhir, setelah menunggu 35 menit, dievaluasi oleh dokter untuk mengetahui apakah terdapat KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi). Sebelum dibolehkan pulang, kami menghadap meja terakhir untuk mendapatkan lembaran kertas Kartu Vaksinasi COVID-19 yang dikeluarkan oleh Kememterian Kesehatan- BPJS Kesehatan-Germas, berisi data pribadi, vaksin, nama dokter+no. ponsel yang dapat dihubungi jika terdapat KIPI, serta catatan tanggal vaksin ke-2, yaitu 26 Maret 2021.

Sepekan kemudian Harry mendapat SMS dari 1199 yang isinya informasi tentang tanggal dan lokasi vaksin ke-2 dan Istigram Sertifikat Vaksinasi COVID-19 ke-1 yang harus diunduh/dicetak. Sertifikat tersebut diterbitkan oleh Kementerian BUMN, Kesehatan, Kominfo, KPCPEN. Anehnya, Sertifikat untuk istri saya hingga saat ini belum diterima.

Sesuai dengan jadwal, pada tanggal 26 Maret dengan taksi menuju Kecamatan Cilandak berdasarkan Informasi SMS yang diterima. Ternyata vaksinasi dilakukan di GOR Cilandak yang letaknya dua blok dari Kantor Kecamatan. Sesuai dengan strategi, situasi sepi di lokasi dan prosesnya lebih praktis. Di pintu masuk GOR, mereka langsung disambut oleh petugas pendaftaran/registrasi dan kami menambahkan nomor ponsel istri secara terpisah.

Pada tahap kedua, langsung cek tensi dan terus ke tahap tiga untuk dicek oleh seorang dokter, lalu lanjut untuk disuntik vaksin kedua. Mereka tetap harus menunggu 30 menit sebelum dievaluasi terakhir tentang ada atau tidaknya KIPI dan diberi Kartu Vaksinasi COVID-19 dengan data yang sama dengan kartu vaksin ke-1, tetapi dilengkapi dengan tanggal vaksin ke 1 dan ke-2. Sore harinya di ponsel istrinya masuk SMS dari 1199 berisi istigram Sertifikat Vaksinasi COVID-19 yang ke 2.

Anehnya, hingga saat ini Sertifikat ke-2 untuk belum diterima. Harry coba menghubungi www.pedulilindungi.id, tetapi hasilnya tetap nihil. Ia juga mengirim email ke Kominfo, tetapi tetap belum berhasil. “Informasi dan pengalaman kami ini, dibagikan kepada kenalan dan tetangga sesama warga senior yang belum divaksin, karena berbagai kesukaran, termasuk gaptek. Puji syukur, akhirnya banyak warga senior berhasil divaksin dengan berbagai perjuangan. Pelaksanaan vaksinasi kedua lebih praktis dan lebih sederhana, tanpa banyak “neko-neko” seperti pelaksanaan vaksinasi tahap pertama.”

Sampai awal April ini, baru 2.2 % penduduk dunia yang telah divaksin. Hingga saat ini banyak negara yang belum mendapatkan vaksin karena berbagai alasan. Ada hambatan dalam ketersediaan anggaran atau belum mendapatkan produsen yang mau menjual vaksinnya. Negara-negara kaya pada umumnya memborong berbagai vaksin yang terbatas produsen dan produksinya. Kita sangat beruntung dan bersyukur atas kecepatan dan ketegasan Pemerintah RI dalam mengambil langkah lebih awal untuk melakukan komitmen pembelian vaksin dari produsen vaksin.

Harry lebih bersyukur lagi bahwa warga Indonesia akan divaksin secara gratis. Padahal harga vaksin itu cukup mahal. Vaksin Sinovac di negara produsen Tiongkok dijual $29,75/dosis (Rp421.000), sedangkan Pemerintah hanya membayar Rp200.000/dosis. Vaksin Moderna harganya $37/dosis (Rp526.000). Jika setiap warga divaksin dua dosis, maka hanya untuk biaya vaksin Sinovac, Pemerintah harus membayar Rp400.000/orang; belum termasuk biaya logistik, tenaga kesehatan dan lain-lainnya.

Langkah persiapan dan pengeluaran anggaran yang demikian besar oleh Pemerintah ini seharusnya disyukuri dengan penuh rasa terima kasih dan kebanggaan kepada Pemerintah RI. Hingga awal April 2021, warga Indonesia yang telah divaksin berjumlah 12,7 juta orang. Di Amerika Serikat, lebih dari 107 juta orang telah divaksin. Bahkan Presiden J.Biden mengharapkan bahwa pada akhir April 2021, 90 % penduduk Amerika sudah mendapat vaksin ke-1. Indonesia masuk urutan negara nomor 8 dalam keberhasilan vaksinasi warga negaranya.

Saat ini di seluruh dunia telah lebih dari 25 juta orang yang terpapar COVID-19 dan lebih dari 2,8 juta meninggal dunia. Dari data COVID-19 di Indonesia; ada lebih dari 1,5 juta orang yang terpapar dan lebih dari 41.000 orang meninggal. Indonesia tercatat sebagai negara ASEAN yang paling tinggi terpapar COVID-19. Namun puji syukur kepada Tuhan, kami dan keluarga sampai hari ini tetap sehat dan bebas dari COVID-19 dan telah tuntas divaksin.

“Kami berdua, anak-menantu dan dua cucu serta keluarga besar telah ,divaksin, tanpa gejala KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi). Selain berterima kasih kepada Pemerintah RI, bersyukur kepada Tuhan, sebab IA baik. Bahawasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya “(1 Tarawikh 16:34). Saat susah dan gelisah selama pandemi untuk sementara reda, setelah kami sehat dan lancar mendapat vaksin ke-1 dan ke-2.”

“Dalam keadaan susah dan senang, Allah bersabda, “AKU sekali-kali tidak membiarkan engkau dan AKU sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5),” kata Harry penuh syukur.

Berita Lainnya