INDOWORK.ID, JAKARTA: Rencana BPJS untuk mengurangi bobot investasinya pada saham dan reksadana, tentu saja menekan performa BEI.
Menurut perkiraan praktisi pasar modal Hasan Zein Mahmud, ada tiga alasan yang menyebabkan performa Bursa Efek Indonesia tertekan, yaitu:
Pertama, karena jumlahnya cukup besar. Porsi 28,3% dari total dana kelolaan, mencapai sekitar 120 triliun.
Kedua, saham saham dalam porfolio BPJS adalah saham saham dengan kapitalisasi besar, dengan bobot yang besar dalam perhitungan IHSG. Tekanan terhadap harga saham saham tersebut, akan secara langsung menyeret IHSG ke bawah.
Ketiga, kepanikan para manajer investasi, yang mengelola dana PBJS, yang menurut perkiraan saya, jumlahnya mendekati 40 triliun.
MEMPERBESAR UNREALIZED LOSS
Yang boleh jadi tidak disadari manajemen BPJS, statement negatif itu, akan menyeret nilai portfolio mereka ke bawah. Memperbesar unrealized loss
Ingar bingar tentang apakah unrealized loss merupakan indikasi adanya tindak pidana korupsi, menunjukkan bahwa investasi saham masih merupakan kotak hitam bagi masyarakat Indonesia. Termasuk para penegak hukum.
Unrealized loss merupakan potensi yang melekat pada setiap keputusan investasi, apalagi investasi yang, sejak awal disadari, mengandung risiko. Sedihnya, institusi yang mengelola dana masyarakat dalam jumlah jumbo tidak secara serius mempersiapkan diri untuk memahami seluruh seluk beluk media investasi, termasuk ketrampilan mengelola risiko.
Mengurangi porsi investasi dalam saham tentu akan meningkatkan keamanan, tapi secara bersamaan mengorbankan postensi kesejahteraan para pembayar iuran. Yield utang negara 10 tahun saat ini sekitar 6,8%. Tentu BPJS dengan mudah dan aman menghasilkan imbal hasil sebesar itu. Sambil tiduran. Bermalas-malasan. Tidak butuh perencanaan dan analisa yang rumit. Tidak butuh personil yang pandai dan trampil.
Salah satu instrumen yang paling gampang memenuhi matching asset liablities, adalah zero coupon bonds. Hasan singgung dalam webinar dengan tema Strategi Investasi Bagi Dana Pekerja yang digelar oleh Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) beberapa waktu lalu. Ia akan berceloteh tentang instrumen ini, pada kesempatan lain.
Hasan hanya merasa aneh mengapa instrumen yang – bila diemisikan oleh negara- dapat mengurangi beban keseimbangan primer dalam APBN. cocok sebagai sumber dana perusahaan bidang konstruksi dan infrastruktur, terutama yang menggarap proyek multi-year dan bersifat turnkey. Instrument yang sangat membantu investasi peusahaan asuransi dan dana pensiun, terutama dalam menjaga keseimbangan aset dan kewajibannya.
BPJS merencanakan memperbesar porsi investasi di sektor riil. Tidakkah proses keputusan investasi dan pengelolaan likuiditas menjadi jauh lebih rumit?
Menurut hemat Hasan, yang harus dilakukan BPJS adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam mengelola invstasi dalam saham saham.
Larangan Mudik 2021: Kendaraan Lewat Tol Trans Sumatera Mulai Ramai