INDOWORK.ID, JAKARTA: Hasan Zein Mahmud menilai seluruh kebijakan–fiskal dan moneter–di Amerika Serikat, tampaknya difokuskan pada upaya perbaikan ekonomi dan kesempatan kerja, menyusul paket jumbo sepanjang sejarah AS, US$1,9 triliun yang lolos beberapa waktu lalu.
Sidang FOMC The Fed menunjukkan sikap yang sangat dovish. The Fed menyatakan dengan tegas tidak akan menaikkan tingkat bunga hingga 2023. Otoritas moneter AS akan membiarkan saja inflasi naik di atas target 2%. AS akan menunggu perbaikan signifikan di pasar tenaga kerja, sebelum mempertimbangkan kenaikan tingkat bunga.
Akibatnya, yield treasury terus merambat naik. “Pada saat celoteh ini diketik – pukul 19:45 – Yield 10 Yr bertengger di angka 1,747%. kenaikan lebih dari 10% dari penutupan pasar kemarin,” ujar Hasan, Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta (1992-1996).
Tentu saja. yield akan mengikuti angka inflasi. “Ketika inflasi 2%, siapa sudi membeli dan memiliki surat hutang dengan imbal hasil di bawah itu? Negative real rate!”, tambah Hasan kepada Indowork.id, Kamis (18/3/21).
Di Amerika, kenaikan yield akan memukul pasar saham.
Pertama, Angka 1,747 % itu sudah lebih tinggi dari rata rata dividend yield saham saham yang tergolong dalam S&P 500. Kedua, akan terjadi rotasi portfolio dari growth oriented stocks ke more defensive stocks. Saham saham teknologi akan terpukul. Ketiga, naiknya yield akan jadi pupuk penguatan USD.
EFEK DALAM NEGERI
Di dalam negeri kita harus mewaspadai dampak yang tidak menyenangkan. Pertama, pelemahan rupiah. Kedua, pelemahan rupiah memicu capital outflows. Pull back dalam jumlah signifikan akan memperngaruhi harga saham. Ketiga, biaya dana dalam valas akan naik.
Pada tingkat imbal hasil SUN 10 tahun saat ini, sekitar 6,9%, sebenarnya differential interest rate secara nominal masih cukup lebar. Lebih dari 5%. Tapi, spread yang lebar dan menjadi daya tarik masuknya dana asing – inflows – akan segera lenyap tergerus pelemahan rupiah.
Ada yang bertanya, kepada saya: “Masa sih pak kenaikan 10 basis points saja sudah berdampak begitu besar?” Sebagai investor kita musti sadar bahwa kenaikan yield 10% itu, artinya surat utang pemerintah Federal AS itu bisa dibeli pada harga 10% lebih murah.
Jadi, yang membawa kembali USD ke dalam negerinya bukan imbal hasil 1,747% per tahun, tapi capital gain yang akan diperoleh saat pelunasan obligasi. Atau saat harga obligasi tersebut naik kembali bila yield kembali ke tingkat semula.
Mulai 9 Oktober, Tarif Tol Palembang-Indralaya Naik