Bisnis Headline

Laporan Keuangan adalah Jendela Bisnis, Cermatilah…



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: “Saya masih percaya dengan keabsahan pendapat saya. Laporan keuangan adalah jendela bisnis,” ujar Hasan Zein Mahmud, kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (1992-1996) yang kini menjadi investor ritel di pasar modal. Pendapatnya mengenai fungsi laporan keuangan dituliskan pada beberapa buku terkait laporan keuangan bagi perusahaan yang telah go pulic.

Catatan tertulis dalam satuan uang tentang aktivitas usaha dan kinerja perusahaan. Karena itu, laporan keuangan – yang biasanya terdiri dari Neraca, Laporan Laba / Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas – memegang peran penting.

Ke dalam, laporan keuangan merupakan salah satu input paling penting dalam pengambilan keputusan bisnis. Keputusan investasi, ekspansi, finansial dan distribusi hasil, bertumpu pada pemahaman yang komprehensif atas kondisi keuangan perusahaan.

Ke luar, Laporan keuangan berfungsi sebagai duta. Laporan keuangan adalah duta dan sekaligus bahasa yang membawa berita tentang perusahaan dari manajemen dan orang dalam kepada shareholders dan stake-holders yang berada di luar.

Sebagai duta seyogianya ia jujur, walaupun pengungkapannya diwarnai oleh teknik-teknik diplomasi. Sebagai bahasa hendaknya ia menghindari makna dan interpretasi yang ambigu. “Laporan Keuangan yang berfungsi baik, sejatinya memiliki misi mencerahkan dan bukan menyesatkan” kata Hasan kepada Indowork.id, Rabu, 17 Maret 2021.

Bagi sebuah perusahaan publik, fungsi laporan keuangan, menjadi semakin sentral. “Rasanya tidak banyak yang tidak sependapat bila saya mengatakan bahwa akuntansi – baik sebagai cabang ilmu maupun praksis bisnis – di Indonesia, berkembang paralel dengan lajunya industri pasar modal,” kata Hasan yang rajin melakukakn perjalanan Jakarta-Jogja-Jakarta itu.

Kecenderungan semacam itu tidak unik di Indonesia, tapi merupakan pengulangan historis dari perjalanan negara-negara yang pasar modalnya telah maju terlebih dahulu.

Fenomena itu tentu bisa diberi argumentasi sederhana: Nilai suatu aktiva keuangan tidak terletak pada pisiknya, seperti halnya pada aktiva riil, tapi terletak pada klaimnya. Saham, misalnya, adalah representative asset. Nilainya intrinsiknya tidak terletak pada dirinya sendiri, tapi pada pada asset lain yang diwakilinya.

Karena itu, tanpa dikaitkan dengan klaimnya terhadap asset yang diwakilinya, tanpa dikaitan dengan kondisi fundamental emiten yang menerbitkan saham tersebut, yang memantul dari laporan keuangan yang jujur, saham tidak mungkin memiliki nilai apa pun.

 

Berita Lainnya