Headline Oase

Buku Alangkah Lucunya Pasar Modal Indonesia, Kapan Terbit?



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Ketika bekerja di Bursa Efek Jakarta dan kemudian di Bursa Berjangka Jakarta, oleh teman teman kerja, saya dianggap pegawai aneh. Sering hadir di kantor sebelum OB yang membawa kunci sampai di kantor. Sebagai dosen asongan di beberapa perguruan tinggi, saya juga tergolong “aneh” karena seringnya datang lebih awal dan menunggu mahasiswa di kelas. Nah, saat menunggu teman teman pegawai sampai di kantor, saya mengembangkan kebiasaan baru. Mencari lelucon (jokes) yang bisa membuat saya senyum senyum sendiri. Memulai hari kerja dengan senyum dan tawa, sebelum kening berkerut berhadapan dengan beban pekerjaan yang menindih dan jadual kegiatan yang hektik.

Setelah local area network berfungsi di kantor, jokes menjadi menu pertama di kalangan teman-teman karyawan. Saya distribusikan ke semua teman pegawai. Lengkap dengan canda: “senyumlah dulu sebelum anda terlilit oleh target kerja yang ketat dan tak lagi mampu tersenyum.” Kebiasaan itu berlanjut hingga usia purnatugas. Banyolan-banyolan yang terus mengalir itu, sebagian besar, saya muat di akun saya di FB

Melihat kembali saat-saat itu, ternyata ada ratusan jokes yang pernah beredar. Muncul gagasan untuk mengumpulkannya kembali. Untuk diterbitkan. Mengajak orang tertawa merupakan kebajikan yang paling mudah dan murah. Sehat dan berpahala.

Sebagian besar jokes yang pernah saya tulis berasal dari inspirasi bacaan, atau bahkan saduran dari kumpulan humor yang dengan mudah diperoleh di Google dan di berbagai buku. Ada sebagian kecil yang murni terinspirasi oleh peristiwa peristiwa kecil yang saya alami atau temui sendiri.

PROFESI PELAYAN DI BURSA

Awalnya, saya berusaha mencari jokes yang relevan dengan profesi sebagai pelayan di bursa. Namun kumpulan humor dan canda yang paling banyak dan paling gampang ditemukan, berasosiasi dengan hubungan antarjender. Selalu ada risiko respons yang salah. Yang ingin digelitik syaraf ketawa, yang tergelitik syaraf birahi. Akibatnya, sebagian besar jokes yang “nyerempet” tersebut, terpaksa dihapus dari koleksi dalam buku ini.

Penggalan berikut adalah true story. Bukan joke, walaupun lucu. Seorang teman, saat jadi caleg di satu daerah tingkat dua, bertanya kepada saya tentang tema kampanye uang unik dan original. Dengan bercanda saya katakan agar dia mengajak masyarakat pemilih untuk kembali belajar tersenyum, karena banyak orang kita yang tak lagi tahu caranya tersenyum. Dia menerima saran saya dengan serius. Saya cuma tahu kesudahannya. Saya kira bukan karena ajakan tersenyum, dia gagal terpilih.

Mari menebar canda. Mari menebar virus ketawa. Saya separuh percaya bahwa virus ketawa salah satu cara melawan virus corona. Sabar ya, buku Alangkah Lucunya Pasar Modal Indonesia segera terbit.

Berita Lainnya