INDOWORK.ID, JAKARTA: Betawi Tanah akulturasi tampaknya berlaku dalam semua bidang. Tak terkecuali dalam seni beladirinya. Bagi masyarakat Betawi, beladiri merupakan salah satu pilar utama dalam kehidupan: Maen Pukulan (beladiri), Ngaji dan Nembang (nyanyi/berkesenian). Ketiga pilar itu dipengaruhi oleh berbagai macam kebudayaan yang bersatupadu di Tanah Betawi.
Maen Pukulan, begitu orang Betawi bilang, sedikitnya dipengaruhi dua aliran besar: aliran luar dan aliran dalem. Aliran luar merujuk pada beladiri yang datang dari Tiongkok, sementara untuk aliran dalem, merujuk pada silat-silat yang ada di Nusantara. Perkembangan silat Betawi itu, kemudian semakin bervariasi seiring dengan perkembangan zaman.
Salah satu yang bisa dilihat adalah Silat Cingkrik. Maen Pukulan ini menurut sejumlah literatur diciptakan oleh Ki Maing, seorang jago silat dari Rawa Belong yang lama berguru di Kulon. Kata kulon ini tak melulu identik dengan kawasan Banten, tetapi kemungkinan pada awal abad 20, Kulon juga mencakup daerah seputar Meruya (kini Jakarta Barat).
Menariknya, Ki Maing menciptakan Cingkrik justru terinsiprasi dari gerak monyet yang tak sengaja merebut tongkatnya. Suatu ketika, Ki Maing tengah berjalan, dan tongkatnya coba direbut oleh monyet milik salah seorang Nyai. Cara monyet merebut dan mempertahankan tongkat tersebut kemudian dipelajari Ki Maing dan ia menciptakan aneka jurus. Inti cari Cingkrik ini adalah serangan sekaligus bertahan. Adakah Ki Maing terinspirasi dari strategi perang Sun Tzu, bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang? Untuk hal tersebut, sulit dibuktikan.
Cingkrik kini terus berkembang, dalam sebuah film dokumenter Wawan Saputra mengisahkan secara apik, bagaimana Babe Sekeng, Guru Besar Silat Cingkrik Rawa Belong yang perguruannya di Tangerang Selatan, menjelaskan secara detail tentang Silat Cingkring.
Dalam episode film dokumenter ini , Babe Sekeng, menuturkan, ada 12 jurus dengan khasnya adalah pasang-pukul. Sabetan kaki, juga menjadi ciri khas Cingkrik. Selain itu juga ada ciri khas lain adalah ‘harkat’, yaitu gerakan antara sebelum memasuki gegakan berikut. Mislanya, sebelum dilakukan gerakan beset, untuk menuju gerakan gebrak atau pukulan, didahului dengan ‘harkat’.
Secara berurutan, 12 jurus Silat Cingkrik seperti tertulis dalam buku “Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi” :GJ. Nawi 2016 adalah sebagai berikut:
Keset Bacok
Keset Gedor
Cingkrik
Langkah Tiga
Langkah Empat
Buka Satu
Saup
Macan
Tiktuk
Singa
Lokbe
Longok
Gerakan gabungan keduabelas jurus tersebut dinamakan Bongbang, yang kerap dipertontonkan dalam pagelaran beladiri.
Sambut adalah latihan perkelahian berpasangan, yaitu terdapat tiga jurus, yaitu:
Sambut Tujuh Muka
Sambut Gulung
Sambut Habis, atau Sambut Detik
Sambut bertujuan melatih refleks untuk menghadapi serangan yang bertubi-tubi.
(foto: Muhammad Sulhi Rawi)
sumber:
Lembaga Pendidikan Tinggi Hadapi “New Normal”