INDOWORK, JAKARTA: Alat tes PCR (polymerase chain reaction) Covid-19 (Corona) kini tengah menjadi buah bibir karena harganya sangat murah. Ternyata GeNose sudah tampil sejak Agustus 2019 atau 6 bulan sebelum kasus pertama Corona di Indonesia.
Alat tes Covid-19 buatan Kuwat Triyana, guru besar fisika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) itu dipamerkan dalam acara Ritech Expo 2019 di Bali pada 26 Agustus 2019.
“GeNose adalah singkatan dari Gadjah Mada Electronics Nose. Dia menarik sensor gas untuk meniru hidung manusia,” ujarnya seperti ditayangkan oleh akun Youtube Kemenirstek/BRIN.
“Alat ini bisa membedakan nafas (misalnya) orang yang sakit TBC (tuberkulosis ) dengan nafas orang sehat,” lanjutnya.
GeNose itulah yang kini domidifikasi dan diaplikasikan untuk mendeteksi Virus Corona dengan metode PCR tanpa harus melalui sampel usap hidung dan tenggorokan.
Simak pengenalan awal GeNose buatan Fakultas MIPA UGM dari akun Youtube Kemenristek/BRIN berikut ini.
https://youtu.be/dHq5fnaqRF4
Kuwat Triyana, Guru Besar Fisika UGM penemu GeNose, mempresentasikan langsung cara kerja alam itu yang diberi nama GeNose C19 dalam acara ekpos produk di Kementerian Riset dan Teknologi pada Kamis 24 September 2020 lalu.
“GeNose dikembangkan oleh sebuah konsorsium yang melibatkan lima perusahaan,” ujar Kuwat saat publis expose itu.
“Ketika virus Corona menginfeksi, itu akan menghasilkan senyawa volatile organic compounds yang spesifik. Jika dikeluarkan melalui nafas, senyawa itu bisa tartangkap di array (alat sensor) yang ada di GeNose,” lanjut Kuwat.
Menurut Kuwat, GeNose bisa dimafaatkan untuk keperluan medis lainnya, seperti menganalisis penyakit ginjal. “Senyawa amonia yang keluar dari nafas bisa ditedeksi sebagai indikasi gangguan ginjal.”
Simak video legkap penjelasa sang penemu GeNose, Kuwat Triyana, melalui video Youtube Kemenristek/BRIN berikut ini. Putar videonya mulai menit 23:40 untuk pintasan cepatnya.
https://youtu.be/INMJiKE5Uc0
Produksi Perdana 100 Unit
Keterangan resmi UGM melalui laman laman ugm.ac.id Sabtu (26/12/2020) menyebutkan izin edar dari Kementerian Kesehatan sudah dikeluarkan pada pada Kamis 24 Desember 2020.
“Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan luar biasa dari banyak pihak GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar (KEMENKES RI AKD 20401022883) untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes, dalam membantu penanganan Covid-19 melalui skrining cepat,” kata Kuwat dalam keterangan resmi itu.
Dia menambahkan untuk produksi perdana akan disiapkan 100 unit melalui kerja sama degan BIN (Badan Intelijen Negara) dan Kemenristek.
“Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan nafas sehingga satu jam dapat mentes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam,” lanjut Kuwat.
Kuwat berharap, jika mampu diproduksi 1.000 unit GeNose C19, maka alat itu akan mampu menguji swab 120.000 orang sehari, dan bila diproduksi 10.000 unit (sesuai target di akhir bulan Februari 2021), GeNose C19 mampu melakukan te PCR untuk 1,2 juta orang per hari.
“Tentu, bukan hanya angka-angka seperti itu harapan kita semua, namun kemampuan mentes sebanyak itu diharapkan akan menemukan orang-orang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala (OTG) dan segera diambil tindakan isolasi atau perawatan sehingga rantai penyebaran Covid-19 dapat segera terputus,” tegas Kuwat.
Kuwat mebambahkan bahwa nantinya biaya tes dengan GeNose C19 cukup murah hanya sekitar Rp15.000-Rp25.000. Hasil tes juga sangat cepat yakni sekitar 2 menit serta tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel tes berupa embusan nafas juga dirasakan lebih nyaman dibanding usap atau swab.
LKB Siapkan Buku Referensi Betawi