INDOWORK.ID, JAKARTA: Direktur Utama Waskita M.Choliq menyatakan bahwa tahun awal ketika dia memimpin adalah masa-masa terberat yang penuh tantangan, karena kondisi perusahaan masih dalam proses restrukturisasi, dibayangi dengan krisis keuangan global yang belum stabil akibat dipicu kasus subprime mortgage. Ditambah lagi krisis “Dubai World” yang mengakibatkan menyurutnya proyek-proyek di Timur Tengah, tak terkecuali di Kerajaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, di mana Waskita berkiprah dalam proyek pembangunan konstruksi.
Namun, sekalipun krisis global dan persaingan dunia industri konstruksi baik di dalam mapun di luar negeri terus menguat, Waskita bisa melalui 2009 dengan baik, dan mampu membukukan laba yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Hal ini dimungkinkan karena Waskita melakukan perubahan haluan bisnis, dari yang semula sebagai kontraktor saja menjadi kontaktor sekaligus pengembang jalan tol, precast, dan property. Sebetulnya, upaya memperluas business core sudah mulai dilakukan secara bertahap semenjak 1990-an.
Awalnya, sesuai dengan fokus usahanya, Waskita terutama melakukan pekerjaan pelaksanaan konstruksi yang meliputi: pekerjaan sipil; pekerjaan mekanikal-elektrikal; pekerjaan telekomunikasi dan radio; serta perbaikan, pemeliharaan, dan renovasi bangunan. Ada pun kegiatan produksinya terbagi atas: produk gedung dan prasarana industri, produk prasarana transportasi, dan produk sumber daya air dan ketenagaan.
Namun, seriring dengan perkembangan kebutuhan pasar, Waskita juga melakukan kegiatan usaha dalam 18 bidang yang terkait dengan pengalamannya dalam pembangunan, serta sesuai dengan cakupan bidang usaha yang tertera dalam anggaran dasarnya. Ke-18 bidang tersebut adalah: jasa pertambangan; pekerjaan terintegrasi (engineering, procurement and construction); rancang bangun; manajemen gedung; pabrikasi bahan dan komponen bangunan; pabrikasi komponen dan peralatan konstruks.
Selain itu, pabrikasi barang logam, kayu, karet dan plastik; penyewaan peralatan konstruksi; layanan jasa keagenan bahan dan komponen bangunan, serta peralatan konstruksi; investasi dan atau pengelolaan usaha prasarana dan sarana dasar serta industri; agro industri; ekspor impor; perdagangan umum; pengelolaan kawasan; system development; layanan jasa teknologi informasi dan kepariwisataan; serta pengembang properti dan realti.
JASA KONSTRUKSI
Pada 2012, Waskita mendefenisikan kembali bidang usahanya. Disebutkan bahwa kegiatan usaha utama yang dilakukan oleh Waskita adalah jasa konstruksi. Dalam menjalankan usaha dan melalui keahlian tenaga kerja, serta kemampuan multidisiplinnya, Waskita menyediakan berbagai jasa dan memberikan berbagai solusi kepada klien untuk setiap tahapan kegiatan proyek yang dimiliki oleh klien.
Pertama, adalah jasa konstruksi. Jasa ini merupakan pekerjaan sipil yang meliputi konstruksi jalan, jembatan, jalan kereta api, bangunan pelabuhan laut dan udara, bangunan pengairan (bendungan, dan, dan saluran irigasi), bangunan ketenagaan (PLTA, PLTU, PLTN), serta pekerjaan telekomunikasi, dan radio.
Kedua, adalah jasa non konstruksi. Ini merupakan bentuk optimalisasi aset yang dimiliki Waskita dengan memberikan layanan tambahan melalui jasa sewa gedung, property, dan lain-lain. Dalam konteks strategi manajemen Waskita, 2012 merupakan tahun revitalisasi. Maksudnya, pada tahun ini adalah kesempatan bagi Waskita untuk membentuk sistem baru, di antaranya sistem informasi manajemen, sistem human resources development, sistem manajemen arus kas, sistem manajemen risiko, serta sistem manajemen proyek yang dapat mendukung pasar dan operasi.
Belakangan, pada 2014 Waskita kembali memantapkan haluan bisnisnya. Guna mencapai visi dan misi perusahaan, dan pengembangan usaha yang dimulai pada 2014, Waskita menyusun tema stategi (strategic theme) untuk periode 5 (lima) tahun yang dibagi menjadi 3 (tiga) hal pokok.
Pertama, pengembangan (2014): Tema strategi ini memfokuskan kepada perusahaan untuk bisa mengembangkan produk-produk baru misalnya konstruksi yang berbasis kepada K3LM (Green Construction), semakin banyaknya proyek-proyek Engineering Procurement Construction (EPC), Energi, Investasi di infrastruktur dan property/realty serta proyekproyek unggulan lainnya. Hal ini didukung oleh sistem dan tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang memadai.
Kedua, realisasi (2015-2016): Sejak 2015 hingga 2016, Waskita mencanangkan sebagai tahun untuk pencapaian kinerja sesuai dengan RJPP. Perusahaan mampu memiliki arus kas operasi yang positif didukung dengan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang cukup baik. Pengembangan bisnis dilakukan melalui penajaman visi dan strategi agar tetap sesuai (strategy fit) dengan perubahan lingkungan usaha, dengan acuan kontrol melalui Rencana Jangka Panjang Perusahaan (Corporate Plan).
Ketiga, berkelanjutan (2017 – 2019): Strategi ini dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat mengelola dan melaksanakan konsep bisnisnya dengan baik dan terintegrasi, serta siap mengantisipasi segala perubahan yang terjadi berkaitan dengan kondisi lingkungan internal maupun eksternal, sehingga dapat memenangkan persaingan secara berkelanjutan (sustainable competitive advantage).
FOKUS DI BISNIS UTAMA
Untuk merealisasikan tema strategi di atas, Waskita memberlakukan beberapa kebijakan sebagai berikut:
▪ Fokus tetap pada business core dengan perluasan pasar baru di bisnis sektor yang terkait yaitu beton precast, property/realty, investasi di jalan tol, dan energi.
▪ Fokus pada sektor pemerintah dan pekerjaan sipil potensi dari sipil khususnya penggarapan proyek-proyek infrastruktur besar.
▪ Peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem kerja dan perbaikan struktur permodalan.
▪ Peningkatan kerja sama dengan mitra strategis dan aktivitas EPC;
▪ Fokus pada penerapan value engineering.
▪ Peningkatan margin melalui cost reduction program dan diversifikasi usaha.
▪ Memperbesar pasar luar negeri.
▪ Meningkatkan sistem IT dengan penerapan Enterprise Resources Planning (ERP).
Selain mengubah haluan bisnis, Waskita juga melakukan transformasi organisasi. Langkah ini diambil setelah manajemen melihat perkembangan bisnis di Timur Tengah yang kurang menggembirakan. Oleh karena itu pada akhir 2009, direksi mengeluarkan kebijakan dengan melikuidasi proyek-proyek di wilayah luar negeri dan EPC.
Artinya, mengalihkan penanganan proyek-proyek luar negeri kepada Divisi Gedung, dan proyek-proyek EPC kepada Divisi Sipil. Oleh karena Divisi Gedung tidak hanya menangani proyek Gedung saja, namun juga menangani proyek Luar Negeri, maka Divisi Gedung diubah namanya menjadi Divisi I, sedangkan Divisi Sipil yang juga menangani EPC diubah namanya menjadi Divisi II. Dengan demikian Waskita yang sebelumnya memiliki 4 Wilayah dan 2 Divisi, pada awal 2010 menjadi 3 Wilayah dan 2 Divisi.
Pada 2011, tepatnya pada Triwulan III 2011, sesuai SK Nomor: 10/SK/WK/2011 tanggal 20 Juli 2011, Waskita melakukan perubahan organisasi dengan membentuk 8 (delapan) Divisi, yaitu Divisi I, Divisi II,Divisi III, Divisi IV, Divisi V, Divisi VI, Divisi VII, dan Divisi EPC. Selanjutnya, pada 2014 Waskita melakukan transformasi organisasi melalui desentralisasi organisasi dan jaringan pemasaran serta wilayah produksi yang luas di seluruh Indonesia.
Waktu itu perseroan melakukan reorganisasi untuk melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan struktur organisasi yang ada sebelumnya. Dengan adanya struktur organisasi baru ini, perseroan dapat mewujudkan sistem desentralisasi dan pemberdayaan Divisi yang dibagi berdasarkan pekerjaan dan wilayah geografis yang lebih spesifik.
Beberapa langkah reorganisasi yang dilakukan antara lain memiliki unit usaha di setiap provinsi di Indonesia dan di luar negeri, pendelegasian proses pengambilan keputusan kepada divisi, masing-masing divisi melaksanakan kegiatan pemasaran sampai dengan produksi, dan lebih selektif mendapatkan proyek-proyek prefinancing (didukung dengan jaminan pembayaran).
Selain itu, Waskita juga memiliki wilayah produksi dan jaringan informasi yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia, serta Timor Leste, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Dengan cabang di 33 lokasi di Indonesia dan luar negeri, Waskita mengukuhkan dirinya sebagai BUMN infrasktrutur yang memiliki cakupan pasar yang luas.
Jasa Marga Kembali Rekonstruksi Jalan Tol Jakarta – Cikampek