INDOWORK.ID, JAKARTA: Pada 1974, merupakan momentum bersejarah yang penting bagi Waskita. Betapa tidak, pada tahun itu pemerintah Indonesia mengubah Waskita Karya menjadi Perseroan Terbatas milik Negara, kini dikenal sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sejak saat itu, Waskita mulai mengembangkan bisnisnya sebagai kontraktor umum yang terlibat dalam berbagai kegiatan konstruksi yang lebih luas termasuk jalan raya, jembatan, pelabuhan, bandara, bangunan, pabrik limbah, pabrik semen, pabrik dan fasilitas industri lainnya.
Pada 1980, Waskita mulai melakukan berbagai proyek yang melibatkan teknologi maju. Pengalihan teknologi dilakukan melalui aliansi bisnis berupa joint operation dan joint venture dengan perusahaan asing terkemuka. Prestasi signifikan dan menonjol yang menjadi kebanggaan nasional adalah Bandara Sukarno-Hatta, Reaktor Serbaguna Siwabessy, dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Muara Karang di Jakarta.
Memasuki 1990, Waskita telah menyelesaikan gedung bertingkat tinggi dengan reputasi baik seperti BNI City (gedung tertinggi di Indonesia), Gedung Kantor Bank Indonesia, Menara Graha Niaga, Menara Mandiri Plaza, Hotel Shangri-La dan beberapa apartemen bertingkat. Bangunan di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia.
TIGA JEMBATAN
Sementara itu, Waskita juga mencapai kinerja yang luar biasa dalam pembangunan jembatan beton pratinjau jangka panjang dengan menggunakan sistem kantilever gratis dengan berhasil menyelesaikan tiga jembatan: Raja Mandala, Rantau Berangin, dan Barelang IV. Prestasi besar lainnya dengan menggunakan teknologi serupa telah dilakukan dalam pembangunan jembatan darat dan kabel yang “Pasteur-Cikapayang-Surapati” di Bandung. Kisah sukses yang sama juga dicapai dalam pembangunan beberapa bendungan utama seperti Pondok, Grogkak, Tilong, Gapit, dan Sumi, yang selesai lebih cepat dari jadwal dengan kualitas memuaskan.
Sebagai BUMN, Waskita selalu mengutamakan kualitas. Komitment tersebut membuat WSKT mampu memperoleh sertifikasi ISO 9002:1994 pada November 1995. Pada Juni 2003, Waskita berhasil memperbarui Sistem Manajemen Mutu dan dapat memperoleh sertifikasi ISO 9001: 2000. Hal ini menjadi indikasi kuat bagaimana perusahaan memahami dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggannya.
Pada 2000, Waskita meraih sertifikasi ISO 9001:2000, ISO 14001:2004 dan memperbaharui sertifikasi OHSAS 18001:2007. Kemudian, pada Mei 2012, Waskita menerbitkan obligasi dengan peringkat A-. Pada 10 Desember tahun yang sama, Waskita memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham kepada Masyarakat (Initial Public Offering/IPO) Waskita sebanyak 3.082.315.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp380,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 19 Desember 2012. Sejak itu Waskita Karya mendapat inisial baru: WSKT. Meski WSKT adalah sebuah perusahaan publik (Tbk), porsi kepemilikan saham mayoritas tetap di tangan Negara Republik Indonesia, yaitu sebesar 66,04%. Sisanya 23,96% adalah kepemilikan di tangan publik.
Pada 2013 WSKT berhasil meningkatkan peringkat obligasi menjadi A. Pada tahun yang sama Waskita juga mendirikan anak peusahaan yaitu PT Waskita Sangir Energi.
Pada 2014 WKST mendirikan anak perusahaan yaotu Waskita Toll Road, Waskita Beton Precast, Waskita Karya Realty, Prima Multi Terminal dan Jasamarga Kualanamu Tol. Pada Nopember tahun yang sama WKST menerbitkan Obligasi PUB I tahap I. Obligasi tersebut berperingkat A.
Pada 2015, WKST memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp3,5 triliun serta Dana Publik sebesar Rp18 triliun sehingga total dari Dana Penawaran Umum Terbatas melalui (rights issue) sebesar Rp5,3 triliun. Dana hasil IPO dan right issue tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan jalan tol dengan kepemilikan mayoritas maupun minoritas pada 12 ruas jalan tol dengan panjang hampir 524 Km baik di Jawa maupun di Sumatera.
Muhamad Hasan ketika menjabat Komisaris Utama WSKT mengatakan bahwa dalam Tahun Buku 2015 perseroan telah mampu meningkatkan kinerjanya secara meyakinkan. Tingkat kesehatan perseroan berada dalam kondisi “Sehat” atau kategori AA dengan Skor 87,50 (dari skala 100). Rinciannya sebagai berikut: Aspek Keuangan meraih skor 57,50, Aspek Operasional (15,00), dan Aspek Administrasi (15,00).
Evaluasi diri tersebut dilakukan mengacu kepada sejumlah indikator yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan BUMN sesuai Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN.
Pada 2015 juga, Hasan menambahkan bahwa melalui proses self assesment WSKT juga memperoleh skor GCG sebesar 86,64 dengan kategori ‘Sangat Baik’, lebih tinggi dari skor yang diraih tahu sebelumnya yaitu 85,03 dengan kategori Sangat Baik, berdasarkan penilaian dari konsultan independen. Hal ini membuktikan bahwa WSKT secara konsisten terus menerapkan prinsip-prinsip GCG di Perseroan dan selalu berupaya untuk melakukan inovasi-inovasi di bidang GCG.
DI BAWAH KOMANDO M. CHOLIQ
Kala menjabat sebagai Direktur Utama WSKT, M. Choliq mengatakan bahwa perseroan senantiasa melakukan pengembangan bisnis dengan memberikan berbagai jasa dalam industri konstruksi investasi jalan tol, realti dan energi. Menurut dia, perseroan juga memiliki kepedulian untuk mengembangkan sumber daya manusia; melestarikan lingkungan hidup; menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja; mensejahterakan masyarakat; serta kepedulian terhadap kebutuhan pelanggan.
Choliq mengemukakan bahwa sebagai BUMN yang juga merupakan agen pembangunan nasional WSKT telah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan konstruksi sejak 1960, dengan melaksanakan berbagai proyek berskala besar dan proyek-proyek monumental di seluruh tanah air. Hingga 2015, perseroan telah mengembangkan sayap bisnis dengan menjangkau segmentasi pasar hingga mencapai luar negeri dan membuka kantor cabang di beberapa negara seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Timor Leste, dan Malaysia.
Sebagai BUMN, Choliq menambahkan, WSKT pun melakukan sinergi dengan masyarakat melalui program corporate social responsibility (CSR). Pada 2015 misalnya, Waskita menjalankan program CSR seperti program Siswa Mengenal Nusantara. Program ini dilakukan melalui kerja sama dengan Perum Lembaga Pelayanan Navigasi Penerbagan Indonesia (AirNav Indonesia) dan PT Perkebunan Nusantara VII. Dalam program tersebut WSKT memberangkatkan 17 siswa terpilih dari Propinsi Lampung ke Propinsi Sumatera Utara. Pada saat yang bersamaan WSKT juga menerima 17 siswa terpilih dari propinsi Kalimantan Timur untuk mengenal lebih dalam Propinsi Lampung.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan WSKT adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya industri konstruksi, industri pabrikasi, jasa penyewaan, jasa keagenan, investasi, agro industri, perdagangan, pengelolaan kawasan, layanan jasa peningkatan kemampuan di bidang jasa konstruksi, teknologi informasi serta kepariwisataan dan pengembang. Saat ini, kegiatan usaha yang dijalankan WSKT adalah pelaksanaan konstruksi dan pekerjaan terintegrasi Enginering, Procurement and Construction (EPC).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kampanyekan Bahaya Merkuri