JAKARTA, INDOWORK: “Kenikmatan hari ini adalah investasi kebaikan yang kita tanam sejak masih muda dulu,” begitu Emron Muhammad Asir Pangkapi memulai ceritanya di kawasan Sudirman, 22 Februari 2018. Lalu mengalirlah cerita tentang kiprahnya di dunia politik dan bisnis.
Komisaris PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk itu tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya kembali dipercaya pemerintahan Jokowi-JK. Sebelumnya pria asal Pangkalpinang ini menjadi komisaris PT Timah Tbk (TINS).
Ketika itu, ia baru saja menanggalkan jabatannya sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Emron Pangkapi meniti karir sebagai wartawan harian PelitaJakarta (1981-1984), harian ekonomi Bisnis Indonesia (1985-1989), dan redaktur harian Media Indonesia (1989-1993).
Di Bisnis Indonesia, Emron menjadi andalan Amir Daud, Pemimpin redaksi ketika itu. “Saya hampir 4 tahun menangani halaman kota, karena untuk membina para reporter pemula,” kenangnya.
Maka lahirlah wartawan yang kemudian menjadi pimpinan di sejumlah media di Indonesia.
Emron Pangkapi selanjutnya beralih profesi, berkiprah di dunia politik dan organisasi kemasyarakatan. Dia terpilih sebagai Anggota MPR-RI (1992-1997) dan aktif di Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat (BP-MPR) yang menyusun GBHN (1993-1998).
Ayah lima anak ini terpilih sebagai Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2001-2004) dan Staf Khusus Menteri Koperasi UKM (2005-2009).
Selain itu, dia aktif di berbagai organisasi sosial kependidikan dan kebudayaan, antara lain sebagai salah satu pendiri Yayasan Universitas Bangka Belitung (UBB), Tamadun Melayu Nusantara, Yayasan Pembina Olahraga Usia Pemula Indonesia ( Yapopi) dan tercatat sebagai Anggota Tetap Konfrensi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) yang berpusat di Malaka sejak 1999.
Emron juga dikenal sebagai penulis, tulisannya enak dibaca. Buku karyanya adalah: Hukuman Mati Imam Imran (Alumni, Bandung), Praperadilan Dalam Kenyataan (Djambatan, Jakarta), serta berbagai kertas seminar/lokakarya.
Surut dari aktivitas perpolitikan nasional, Emron Pangkapi ditunjuk sebagai Komisaris Independen PT Timah (Persero) Tbk (2015-2016) dan selanjutkan diangkat sebagai Komisaris PGAS Komunikasi Nusantara terhitung sejak November 2017, berdasarkan keputusan para pemegang saham secara sirkuler.
KEPUTUSAN MONUMENTAL
Apa keputusan yang paling monumental? Emron memutuskan memberhentikan Suryadharma Ali melalui rapat pengurus harian, Rabu (10/9/2014), karena yang bersangkutan dinilai merusak nama partai berkaitan dengan status tersangka oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).
Rapat yang juga dihadiri Suryadharma Ali kala itu sedianya hanya membahas pembentukan panitia pelaksana muktamar PPP. Namun di tengah berjalannya rapat, banyak usulan agar Suryadharma mengundurkan diri, hingga akhirnya Suryadharma memutuskan pergi meninggalkan rapat.
Sesaat setelah Suryadharma pergi, sejumlah pengurus menyatakan memberhentikan Suryadharma dari kursi ketua umum dan menggantinya dengan Emron Pangkapi selaku pelaksana tugas.
SOSOK PEMBERANI
Di kalangan politisi PPP, Emron memang dikenal sebagai sosok pemberani. Emron juga memiliki peran penting saat pergantian ketua umum PPP Hamzah Haz pada 2007 silam.
Di balik rencana penggulingan Suryadharma itu, Emron tidak bermanuver sendirian. Dia didukung oleh sejumlah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP yang memiliki hak suara untuk menggulirkan Muktamar Luar Biasa PPP sebagai sarana mengganti ketua umum PPP.
“Ada 27 DPW sudah menggelar pertemuan dan membuat usulan ke DPP PPP agar dilakukan evaluasi,” kata Emron ketika itu.
Emron dikenal sebagai putra Pangkalpinang Kepulauan Bangka Belitung, lahir 26 Juni 1957. Dia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP PPP. Selain itu dia juga dikenal sebagai tokoh Melayu dan Ketua Dewan Penasehat Lembaga Adat Melayu Bangka Belitung.
Mantan penyiar radio ini memiliki keberanian melawan arus sejak dulu. “Saya hanya patuh pada konstitusi partai dan loyal kepada partai. Kalau pemimpin berpaling dari konstitusi dan tidak mematuhi amanah, saya akan melawan,” kata dia.
Bagi Emron, nilai-nilai keluarga yang diwariskan ibu dan ayahnya tetap menjadi pedoman hidupnya. Ia tak takut mengambil risiko dalam berpolitik. “Saya ini orang pulau punya filsafat: kalau takut dengan angin dan ombak, jangan berumah di tepi pantai,” kata putra wilayah pesisir di Bangka Belitung ini.
Kementerian ESDM Singgung Soal Rencana Pertamax Green Gantikan Pertalite