Headline INFRASTRUKTUR

Agus Wantoro: Industri Precast Sambut Era Normal Baru dengan Inovasi



single-image
Ketua AP3I Agus Wantoro

JAKARTA: Perusahaan pracetak dan prategang menyusun strategi bisnis dengan menciptakan inovasi dan meningkatkan kualitas SDM untuk menyambut  era kenormalan baru sehingga mampu mengembalikan utilitas produksi kembali menjadi 80%.

Pembangunan infrastruktur akan kembali masif  ketika memasuki era kenormalan baru  sehingga membuat permintaan akan material konstruksi terus bertumbuh tak terkecuali beton pracetak atau precast.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I) Agus Wantoro menjelaskan bahwa di tengah pandemi Covid 19 memang utilitas produksi perusahaan anggotanya mengalami penurunan hingga 30%.

Ia mengakui bahwa kondisi bisnis konstruksi cukup terganggu akibat pandemic  Covid 19. Namun ia  optimistis bahwa investasi dapat berjalan normal kembali dan serapan produk dari anggota asosiasi kembali optimal, yang saat ini mencapai 42 juta ton per tahun karena pemerintah menjamin proyek konstruksi akan dilanjutkan.

Agus menjelaskan hal itu dalam webinar Bimbingan Teknis (Bimtek) Beton Pracetak dan Prategang yang diikuti oleh 422 peserta secara daring hari ini Kamis 2 juli 2020. Acara itu dibuka oleh Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Trisasongko Widianto kemarin dan berlangsung 3 hari hingga besok, Jumat, 3 Juli 2020.

 

KAPASITAS PRODUKSI MENINGKAT

Sementara itu, Sekjen AP3I Dudung Maulana Textianto mengungkapkan bahwa kapasitas produksi perusahaan anggota AP3I  dalam  5 tahun terakhir, katanya, terus mengalami peningkatan sejak 2014 sebesar 24,5 juta ton, kemudian naik jadi 25,32 juta ton pada 2016. Selanjutnyaproduksi terus naik menjadi 26,78 juta ton (2017), 34,42 juta ton (2018), 36,76 juta ton pada 2018. “Kenaikan yang siginfikan terjadi pada tahuan lalu hingga mencapai  42,6 juta ton.”

Jumlah pabrik pun setiap tahun meningkat. Pada 2014 terdapat 57 pabrik milik anggota AP3I, namun pada tahun lalu meningkat menjadi 82 pabrik yang tersebar di seluruh Tanah Air.

Produksi dan distribusi produk pracetak tersebar dari Sumatra Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung,Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,  DI Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan danSulawesi Tenggara.  Distribusi untuk Kalimantan, Maluku dan Papua dilakukan oleh pabrik yang terdekat.

AP3I mentargetkan kapasitas produksi anggotanya pada 2024 mencapai 40 juta ton per tahun. Setiap kenaikan kapasitas 1 juta ton membutuhkan dana investasi sebesar Rp400 miliar. Kapasitas pada tahun 2024 tergantung pada rencana proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan proyek investasi lainnya.

 

DAMPAK COVID 19

Industri pracetak di Indonesia terkena dampak Pandemi Covid 19 karena penghentian sementara proyek yang sedang berjalan. Selain itu, pelaksanaan tender baru ditunda dan rencana pengalihan anggaran konstruksi untuk membantu penanggulangan pandemi ini.

Dampak lainnya adalah penurunan intensitas aktivitas pada proyek yang  masih berjalan. Para anggota AP3I juga mengalami kesulitan dalam pengadaan material penunjang. “Tentu saja yang sangat signifikan adalah kesulitan cash flow pada beberapa proyek berjalan.”

Upaya asosiasi perusahaan pracetak untuk mempercepat pulihnya bisnis itu adalah membentuk satgas pencegahan Covid 19, menyediakan fasilitas pencegahan, mengedukasi seluruh anggota untuk menjaga diri, mengukur suhu tubuh setiap pagi, siang dan sore dan menjalin kerja sama penanganan suspect Covid 19 dengan rumah sakit dan puskesmas.

Anggota AP3I menghentikan sementara pekerjaan jika ada tenaga kerja yang terindikasi terpapar Covid 19. Selanjutnya dilakukan isolasi penyemprotan sarana dan prasarana baik di kantor maupun di lapangan.

Namun demikian, para anggota AP3I disiplin dalam menjalankan protocol Covid 19 di tempat kerja. Mulai dari penggunaan masker, masuk ke tempat kerja, pengaturan penerimaan tamu, penyediaan tempat karantina atau isolasi mandiri, penerapan higienis dan sanitasi di lingkungan kerja, pencegahan penularan, pengaturan jaga jarak, pengaturan tempat ibadah, pengaturan tempat makan dan kantin, pengaturan toilet umum, pengaturan penyediaan parkir, hingga pemantauan kesehatan secara rutin. “Semua protocol Covid 19 dilakukan secara disiplin oleh seluruh anggota.”

Berita Lainnya